Friday, 17 February 2017

Latihan Soal Perusahaan Jasa : Jurnal Penyesuaian


Dalam neraca saldo suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa per 31 Desember 2011 di antaranya terdapat perkiraan-perkiraan sebagai berikut :

No.
Keterangan
Debet
Kredit
116
Perlengkapan
Rp.  1.200.000,-
-
117
Asuransi dibayar di muka
Rp.     300.000,-
-
121
Peralatan
Rp15.000.000,-
-
411
Pendapatan jasa
-
Rp. 40.500.000,-
511
Beban gaji
Rp. 12.500.000,-
-
512
Beban sewa
Rp.    4.800.000,-
-
513
Beban listrik
Rp.    1.500.000,-
-
514
Beban reklame
Rp.       600.000,-
-
515
Beban bunga
Rp.    1.800.000,-
-

Setelah saldo perkiraan-perkiraan di atas diteliti kembali, diperoleh keterangan untuk penyesuaian ialah sebagai berikut.
a.       Perlengkapan yang tersisa di gudang sebesar Rp.800.000,-
b.      Asuransi kadaluwarsa sebesar Rp.200.000,-
c.       Peralatan disusutkan sebesar Rp.3.000.000, sebanyak 80% dibebankan ke bagian umum dan sisanya 20% untuk bagian kantor.
d.      Dalam perkiraan pendapatan jasa diterima dimuka sebesar Rp 12.000.000 merupakan jasa servis selama 10 bulan terhitung sejak  1 Agustus 2011
e.       Gaji yang masih harus dibayar sebesar Rp.300.000,-
f.       Beban sewa sebesar Rp.4.800.000,- adalah sewa untuk masa dua tahun, terhitung sejak tanggal 1 Agustus 2000.
g.      Beban listrik bulan Desember 2000 ditaksir sebesar Rp.120.000,- belum dibayar.
h.      Beban reklame sebesar Rp. 600.000,- yang merupakan kontrak iklan dalam sebuah surat kabar telah ditayangkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 senilai Rp.400.000,-
i.        Perusahaan mempunyai utang hipotek sebesar Rp.10.000.000,- dengan bunga 18% pertahun. Sejak 1 Oktober 2000 bunga hipotek belum dibayar.
j.        Pembayaran beban listrik sebesar Rp 350.000 tercatat beban gaji sebesar Rp 530.000

Diminta : Buatlah jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2011 !

Soal Latihan Akuntansi Perusahaan Jasa

Raymond Servis
Raymond Servis memiliki saldo awal rekening buku besar pada tanggal 1 Januari 20101 adalah sebagai berikut:
No.      Nama Rekening                                  Debet                          Kredit
1.         Kas                                                      Rp  33.750.000
2.         Piutang usaha                                      Rp  13.000.000
3.         Kendaraan                                           Rp 120.000.000
4.         Perlengkapan Kantor                          Rp     1.000.000
5.         Asuransi Dibayar Dimuka                   Rp     2.000.000
6.         Sewa Dibayar Dimuka                        Rp   39.000.000
7.         Peralatan Kantor                                 Rp     6.450.000
8.         Akumulasi Penyusutan Perlatan Kantor                                 Rp      1.500.000
9.         Utang usaha                                                                            Rp    35.000.000
10.       Modal Raymond                                                                     Rp    78.700.000
                        TOTAL                                  Rp115.200.000           Rp 115.200.000


Berikut ini adalah transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2010:

2 Januari          : Tn Raymond memindahkan uang dari rekening pribadinya ke rekening
  perusahaan sebesar Rp 25.000.000
3  Januari         : Menerima pendapatan dari pelanggan a.n  Tn. Untung Rp5.000.000 
  Tetapi beru diterima per kas Rp 4.000.000
5  Januari         : Membayar gaji  karyawaan Rp 7.000.000
6 Januari          : Membeli sparepart (bahan habis pakai) secara kredit dari Toko. ABC 
  sebesar  Rp 6.000.000
7 Januari          : Membayar tunai pembelian perlengkapan kantor Rp 400.000
8 Januari          : Membayar biaya iklan bulan januari sebesar Rp 250.000
9 januari          : Diterima pelunasan dari Tn Untung atas transaksi tanggal 3 Januari
10 Januari        : Dibayar utang kepada PT ABC berkaitan dengan transaksi tanggal 6 Januari
11 Januari        : Mengembalikan perlengkapan kantor yang rusak dari pembelian tanggal 7
  Januari sebesar Rp 150.000
12 Januari        : Dibeli peralatan kantor sebesar Rp 1.800.000 dibayar tunai sebesar
  Rp750.000 sisanya  dibayar kemudian
13 Januari        : Dibayar biaya sewa bulan januari sebesar Rp 1.800.000
15 Januari        : Dibayar biaya listrik, air dan telepon sebesar Rp 720.000
16 Januari        : Diterima komisi sebesar Rp 1.500.000
18 Januari        : Dibayar bunga pinjaman ke Bank Sugiharta sebesar Rp 2.000.000
19 Januari        : Diambil untuk keperluan pribadi pemilik sebesar Rp 650.000
20 Januari        : Menerima pelunasan piutang dari pemakai jasa perusahaan sebesar
  Rp 1.000.000
24 Januari        : Menerima pendapatan jasa dari pelanggan secara tunai sebesar Rp 300.000
26 Januari        : Dijual dengan tunai kepada Tn. Slamet barang dagangan Rp12.500.000
28 Januri          : Penyusutan kendaraan 5% per tahun
30 Januari        : Dibayar biaya macam-macam sebesar  Rp 458.000
31 Januari        : Pajak penghasilan yang  belum dibayar sebesar Rp 3.225.000

Diminta: Dari keterangan diatas susunlah Jurnal Umum !


 

Makalah Kependudukan : Permasalah Pengangguran

1.    Pendahuluan
Masalah kependudukan yang serius dihadapi oleh negara berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Kekurang tersediaan lapangan pekerjaan akan berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah teraihnya lapangan kerja yang diharapkan. Atau setidak-tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai "gengsi" yang lebih tinggi di banding sektor informal.
Keterbatasan lapangan pekerjaan akan berpotensi  tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja, secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan urgensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan". Maka merembaknya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas,  maka penulis mengambil judul : “ penyebab tingginya angka pengangguran di indonesia ”.
Sesuai dengan uraian diatas yang menyinggung tentang masalah kependudukan khususnya tentangpengangguran. Maka penulis  merumuskan masalah sebagai berikut :
1.Apa pengertian dari Pengangguran itu ?
2.Apa yang menjadi masalah pengangguran di Negara Indonesia ?
3.Bagaimana keadaan pengangguran di Negara Indonesia ?
4.Apa dampak dari pengangguran bagi Negara Indonesia ?
5.Sajian data pengangguran di Negara Indonesia ?
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui pengertian ( Definisi ) dari pengangguran
2.Untuk mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di Negara Indonesia
3.Untuk mengetahui keadaan pengangguran di Negara Indonesia
4.Untuk mengetahui akibat yang timbul dari pengangguran
5.Untuk mengetahui data-data tentang pengangguran di Negara Indonesia            

2.    Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro yang selalu terjadi dalam suatu negara, khususnya di Negara Indonesia. Pengangguran di negara Indonesia semakin hari semakin bertambah. Namun, belum ada solusi yang tepat dalam menangani masalah Pengangguran ini. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak / belum membutuhkan pekerjaan. Dalam pengertian ekonomi, yang disebut sebagai pengangguran adalah mereka berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak atau belum mendapatkan pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kondisi kesempatan kerja penuh (full employment) tercapai bila semua tenaga kerja yang mencari pekerjaan telah mendapatkan pekerjaan kerja pada tingkat upah yang berlaku.

3. Jenis-jenis Pengangguran
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukang jualan durian yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengangguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

4.    Masalah pengangguran di Negara Indonesia
Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya menjadi faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di Indonesia. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab, rendahnya taraf hidup di negara - negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara - negara maju.
Pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara - negara berkembang relatif lebih rendah dari pada yang dilakukan di negara - negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang
sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan
pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah
pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%. Beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Indonesia adalah :

a.       Kondisi ketenagakerjaan yang memprihatinkan
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Hal itu ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan terhadap sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

b.      Perekonomian dan kualitas SDM yang rendah
Masalah pengangguran di Indonesia sepertinya tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Kondisinya diperparah dengan persoalan ekonomi yang juga tidak kunjung selesai setelah terpuruk di akhir abad dua puluh yang lalu. Permasalahan lain, berkaitan dengan kualitas sumber daya manausia dari para penganggur sendiri, misalnya dari aspek tingkat pendidikan yang masih belum begitu bagus. Jika pun penganggur berkualifikasi pendidikan tinggi, sering dihadang oleh kesempatan kerja yang sangat terbatas..
Disamping karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula dengan munculnya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.

c.       Kurangnya perhatian masyarakat terhadap masalah kependudukan
Masalah kependudukan di Indonesia bisa dikatakan masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat maupun tokoh-tokoh masyarakat. Baik itu dari para politisi, tokoh agama, pakar ekonomi maupun tokoh masyarakat lainnya. Memang pada saat ini sebagian besar orang pada umumnya sudah tidak berkeberatan lagi dengan program untuk mengontrol kelahiran, tetapi sayangnya masih kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya, bahkan dianggap sebagai hal yang kurang penting. Padahal, jika masyarakat mau menyadari, sebenarnya masalah kependudukan ini adalah masalah yang teramat penting. Tidak kalah pentingnya dengan berbagai macam masalah lainnya yang seringkali diperdebatkan dalam berbagai seminar dan diskusi. Hal ini juga berkaitan erat dengan masalah ekonomi, hukum dan norma agama. Jadi, memang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Masalah  kependudukan ini seharusnya bisa diatasi dengan baik bila ada upaya yang sungguh-sungguh dari pihak pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, hal itu dulu masih belum ada. Dulu masih banyak orang yang menentang program KB. Kalaupun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya mereka masih enggan melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah pun tidak ada kesadaran akan masalah ini. Pada saat itu jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya yang sungguh-sungguh tentunya tidak perlu penduduk Indonesia meledak seperti sekarang ini.
Pada zaman Orde Baru, masalah kependudukan ini memang sudah mulai dibenahi. Keluarga Berencana dianjurkan di mana-mana dan di banyak tempat mendapat sukses. Tetapi, karena masih sangat kurangnya kesadaran dari masyarakat dan kurang intensifnya usaha dari pemerintah, maka di banyak tempat pula usaha ini mengalami kegagalan. Jumlah penduduk masih terus bertambah dengan sangat pesatnya. Bila pada awal Orde Baru masih berjumlah sekitar 100 juta jiwa, maka pada akhir Orde Baru sudah berjumlah lebih dari 200 juta. Berlipat dua kali hanya dalam waktu 30 tahun saja. Suatu kecepatan pertumbuhan yang sulit dicari bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.

5. Tingkat Pengangguran
1. Tingkat Pengangguran Menurut Umur
Tingkat pengangguran yang dimaksud disini adalah tingkat pengangguran terbuka atau open unemployment rate. Ukuran ini merupakan salah satu tolak ukur ketenagakerjaan yang banyak digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh penawaran tenaga keja, serta bagaimana permintaan akan kesempatan kerja. Diperoleh dengan cara menghitung jumlah absolut angkatan kerja yang menganggur, baik mereka yang baru lulus sekolah dan pertama kali mencari pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja tetapi sedang mencari kembali pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja dikalikan seratus. Jika tingkat pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja. Memperlihatkan pola tingkat pengangguran yang sangat umum, yaitu memiliki persentase yang tinggi pada kelompok umur muda (15-19 tahun), kemudian menurun tajam hingga usia 30-34 tahun. Pada umur-umur tua, relatif stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi pada kelompok usia non produktif, karena mungkin masih banyak yang pensiun tapi masih mencari pekerjaan.

2.Tingkat Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan lebih menarik untuk di bahas. Pada umumnya tingkat pengangguran di pedesaan lebih rendah dari perkotaan, namun pada tingkat SLTP angkanya sedikit lebih tinggi di pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir sama.Kemungkinan penyebab ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke SLTA, tetapi langsung mencari kerja. Baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, tingkat pengangguran yang paling tinggi adalah pada jenjang SLTA. Kondisi ini belum banyak berubah sejak beberapa decade terakhir Hal ini dapat dibuktikan dengan mengkaji ulang.

6.    Dampak Pengangguran Bagi Negara Indonesia
Kecenderungan pengangguran terdidik di Negara Indonesia  semakin meningkat namun upaya perluasan kesempatan pendidikan dari pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena itu maka salah satu kelemahan dari sistem pendidikan di Indonesia adalah sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga membuat para siswa menjadi bosan. Pendidikan dalam wujud praktek lebih diberikan dalam porsi yang lebih besar dan cara pembelajaran dan pemberian pendidikkan pun diberikan dalam wujud yang lebih menarik dan kreatif.
Selain masalah pendidikan, dampak dari pengangguran juga mengakibatkan tingginya angka inflasi. Hal itu karena tidak seimbangnya antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di Indonesia lebih banyak dipengaruhi sektor riil, bukan sektor moneter. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah inflasi di Indonesia dan laju inflasi tidak semata ditentukan faktor moneter, tapi juga faktor fisik. Ada empat faktor yang menentukan tingkat inflasi, tingkat inflasi ditentukan faktor fisik prasarana. Melonjaknya inflasipun karena dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menarik subisidi sehingga harga listrik dan BBM meningkat. Kenaikan BBM ini telah menggenjot tingkat inflasi bulan Juni 2001 menjadi 1,67 persen. Dampak ini masih terasa sampai bulan Juli 2001 yang akan memberikan sumbangan inflasi antara 0,3-1 persen. Efek domino yang ditimbulkan pun masih menjadi pemicu kenaikan harga lainnya.
   Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian  akan mengakibatkan kelesuan ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai akibat penurunan prndapatan masyarakat. Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini:
a.    Pendapatan per kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya adalah terjadinya penurunan pendapatan per kapita. Dengan kata lain, bila tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan sebaliknya bila tingkat pendapatan rendah pendapatan per kapita akan meningkat dengan catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.
b. Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji. Upah/gaji tersebut sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.
c. Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri (minder) karena statusnya yang tidak jelas.
d. Munculnya Biaya Sosial
Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran biaya-biaya seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas.

7.    Data Pengangguran di Indonesia
Jumlah Pengangguran di Negara Indonesia hingga tahun 2005 mencapai 11,15 juta jiwa dari total jumlah penduduk yang mencapai 223 juta jiwa.Jumlah ini menjadikan Negara Indonesia pada saat itu menempati peringkat ke seratus tiga puluh tiga dunia dalam hal pengangguran. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Malang, Wahyu Santoso jumlah pengangguran ini tak sebanding dengan jumlah lowongan yang tersedia selama tahun 2005.
Data di Dinas menyebutkan dari 28,467 ribu ( dua puluh delapan juta empat ratus enam puluh tujuh ribu) pengangguran, tercatat pengangguran berpendidikan sarjana mencapai 504 ribu ( lima ratus empat ribu ) penganggur, pengangguran berpendidikan SMA sebanyak 2,703 ribu ( dua juta tujuh ratus tiga ribu ) ,dan berpendidikan SMP sebanyak 4,761 ribu ( empat juta tujuh ratus enam puluh satu ribu ). "Selebihnya lulusan SD dan tak berijazah. Para sarjana menganggur karena tidak memiliki bekal kemampuan tambahan misalnya bahasa asing, dan membuat kerajinan. Padahal kemampuan tambahan itu merupakan nilai plus bagi para pencari kerja. "Seharusnya saat kuliah mereka mencari kemampuan tambahan," katanya.
Untuk memperkecil jumlah pengangguran, Disnakersos menggelar berbagai kegiatan, seperti bursa kerja. Selain itu juga terus menjalin kerja sama dengan perusahaan di luar Negeri untuk bisa merekrut Warga Negara Indonesia sebagai tenaga kerja TKI keluar negeri. Masyarakat berharap jumlah PHK di Negara Indonesia tidak terus bertambah.
Menurut umur, angka pengangguran di Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas) dan 8.5 juta-nya penduduk usia 15-29 tahun. Seperti pada Histogram 1 di atas, menunjukan angka pengangguran terbuka (%) menurut umur (15 tahun ke atas, 15-29 tahun dan 30-49 tahun). Terlihat jelas bahwa pengangguran terbuka banyak terjadi di usia remaja 15 sampai 29 tahun (23%). Di usia tersebut banyak sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan, dari yang baru lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah. Sangat masuk akal jika hal ini terjadi. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun, jumlah penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya4%). Angka pengangguran terbuka penduduk usia lebih dari 15 tahun ke atas sekitar10.4%. Jika kita lihat, ternyata kaum perempuan-lah yang banyak sebagai penganggur terbuka, sekitar27.6% (usia 15-29 th) atau13.7% (usia di atas 15 tahun). Hal-hal yang menyebabkan fenomena ini antara lain masih adanya diskriminasi gender, jenis pekerjaan yang tersedia kebanyakan untuk laki-laki. Hal-hal tersebut masih perlu dianalisa lebih lanjut.

8.    Penutup
Pengangguran di Indonesia terjadi karena berbagai hal antara lain, jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja dan tingginya jumlah penduduk. Selain itu tingginya angka pengangguran juga disebabkan karena terjadinya inflasi.pengangguran berdampak besar terhadap negara Indonesia, dampak ini bisa dirasakan dari berbagai sektor, baik dari sektor pendidikan maupun sektor perekonomian. Oleh karena itu setiap masyrakat diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.
Diperlukan dua kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya. Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin, yaitu :
·         Pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal.
·         Pengembangan fasilitas-fasilitas umum , terutama untuk daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi.
·         Pembangunan lembaga sosial yang dapat memberdayakan penganggur.
·         Menyederhanakan perizinan, karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok.

·         Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Kita. Diharapkan ke depannya di Negara Indonesia kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.